Terletak di provinsi Banten, Indonesia, Lapas Cilegon baru-baru ini menjadi pusat slot 10k upaya reformasi signifikan yang bertujuan untuk menghilangkan dua masalah utama yang telah mengganggu sistem penjara Indonesia: ponsel dan pemerasan.
Masalah Ponsel di Lapas
Ponsel di penjara selalu menjadi tantangan signifikan bagi keamanan di seluruh dunia, dan Indonesia tidak terkecuali. Di Lapas Cilegon, seperti di banyak fasilitas pemasyarakatan lain di seluruh Indonesia, ponsel pernah digunakan secara luas oleh narapidana. Mereka dapat menghindari pengawasan ketat dan langkah-langkah pengendalian yang berlaku, dan perangkat-perangkat ini sering kali diselundupkan melalui berbagai cara. Para penjaga penjara sering kali terlibat atau tidak memiliki kemampuan untuk menangani masalah tersebut, dan akibatnya, para narapidana dapat menggunakan ponsel untuk menjaga kontak dengan organisasi kriminal, mengatur kegiatan ilegal, dan memperluas pengaruh mereka di luar penjara.
Namun, melalui langkah-langkah keamanan yang ketat dan komitmen untuk melakukan reformasi, Lapas Cilegon berhasil membersihkan areanya dari penggunaan telepon seluler. Inisiatif ini berdampak besar pada operasional fasilitas tersebut. Hal ini menghasilkan lingkungan yang lebih aman bagi narapidana dan masyarakat sekitar.
Menangani Pemerasan di Dalam Dinding Lapas
Selain masalah telepon seluler, Lapas Cilegon juga menghadapi tantangan signifikan terkait pemerasan. Di banyak penjara, pemerasan merupakan bentuk ekonomi bawah tanah di mana narapidana, sering kali melalui intimidasi atau kekerasan, meminta uang atau barang dari narapidana lain.
Di Lapas Cilegon, pemerasan telah menjadi masalah yang meluas yang tidak hanya merugikan kesejahteraan narapidana tetapi juga membahayakan integritas sistem penjara itu sendiri. Dengan menumbuhkan budaya keterbukaan dan akuntabilitas, manajemen Lapas Cilegon telah secara signifikan mengurangi dinamika kekuasaan yang memungkinkan terjadinya pemerasan.